DONOR DARAH

Diposting oleh PMR SMA NEGERI 1 GUBUG | | Posted On Sabtu, 30 April 2011 at 09.55


Strategi Palang Merah Indonesia (PMI) dalam visinya menetapkan agar dikenal secara luas sebagai organisasi kepalangmerahan dalam memberikan pelayanan kepada yang membutuhkan secara efektif dan tepat waktu dengan semangat kenetralan dan kemandirian.
Meskipun kegiatan transfusi darah sudah dirintis sejak masa perjuangan revolusi oleh PMI, namun baru melalui Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1980, pemerintah menetapkan peran PMI sebagai satu-satunya organisasi yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan transfusi darah di Indonesia.. Tugas ini ditegaskan pula melalui SK.Dirjen Yan Med No. 1147/ YANMED/RSKS/1991, tentang Petunjuk Pelaksana Peraturan Menteri Kesehatan No. 478/Menkes/Per/1990 tentang upaya kesehatan di bidang Transfusi Darah.
Dalam melakukan pelayanan transfusi darah kepada masyarakat, PMI tidak hanya memfokuskan perhatiannya pada pendonor darah tetapi juga ke masyarakat pengguna darah. Karenanya menjadi penting untuk melakukan sosialisasi informasi mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan masalah transfusi darah kepada masyarakat luas, seperti ” Bagaimana menjadi donor darah; Prosedur permintaan Darah; Pengelolaan Darah dan “service cost”.
Blood screening (pemeriksaan uji saring darah) merupakan salah satu tahap di dalam pengelolaan darah yang dilakukan PMI untuk mendapatkan darah yang betul-betul aman bagi pengguna darah (orang sakit). Bahkan, untuk menghindari tercemarnya darah dari HIV, pemerintah mengeluarkan surat keputusan Menkes RI No.622/Menkes/SK/VII/1992 tentang kewajiban pemeriksaan HIV pada darah yang disumbangkan donor.
Pemeriksaan ini bersifat “mandatory”, namun tidak bertentangan dengan resolusi Komisi HAM PBB, karena yang diperiksa bukan orang yang menyumbangkan darah melainkan darah yang akan ditransfusikan (prinsip unlinked Anonymous).
Saat ini tiap Unit Transfusi Darah Cabang (UTDC) telah melakukan uji saring terhadap 4 penyakit menular berbahaya yaitu syphilis, hepatitis B & C dan HIV/AIDS. Apabila ada donor darah yang dicurigai terinfeksi dengan hasil test yang mendukung, maka dirujuk ke UTDP untuk dilakukan test ulang darah donor tersebut. Hasilnya dikembalikan ke UTDC yang bersangkutan.
Khusus mengenai konseling sebenarnya UTD PMI telah mencoba untuk melakukan pre dan post konseling untuk hasil pemeriksaan darah yang positif terjangkit Sifilis, Hepatitis B & C. Dalam tahap pre konseling, sebelum pemeriksaan para donor diberitahu disertai penjelasan yang benar dan mendapat persetujuan dari yang bersangkutan melalui lembar Inform Consent, bahwa jika hasil darahnya reaktif atau positif maka darah tersebut tidak akan digunakan untuk transfusi.


Sedangkan pada tahap Post Konseling, setelah hasil pemeriksaan darah donor dinyatakan positif, maka diadakan pemanggilan kepada yang bersangkutan melalui pos. Namun untuk kasus HIV dipanggil langsung. Kemudian diberitahukan kepada yang bersangkutan untuk tidak menjadi donor darah:
1. sampai hasil pemeriksaan darahnya negative pada sifilis
2. atau tidak menjadi donor darah untuk selamanya bagi pengidap HIV dan Hepatitis B&C.

Khusus untuk HIV, konseling belum dapat dilakukan karena:
1. Prinsip Unlinked Anonymous
2. Belum siapnya seluruh UTDC dan Pemerintah untuk melakukan konseling dan terapinya

Rangkuman Umum
Donor darah adalah proses dimana penyumbang darah secara suka rela diambil darahnya untuk disimpan di bank darah, dan sewaktu-waktu dapat dipakai pada transfusi darah.
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah.
Adapun syarat - syarat yang diperlukan untuk menjadi donor darah sebagai berikut :
1. Umur antara 17 dan 60 tahun (diatas 60 tahun dengan pertimbangan dokter)
2. Mempunyai berat badan minimal 45 kg
3. Kadar Hemoglobin minimal 12,5g/dl
4. Tekanan darah sistolik 100-180 mmHg dan diastolik 50-100 mmHg
5. Bagi penyumbang darah wanita : tidak sedang haid, hamil atau menyusui
6. Tidak menderita penyakit : jantung, hati, paru, ginjal, kencing manis, penyakit pendarahan, kejang, kanker, atau penyakit kulit kronis.


KERACUNAN

Diposting oleh PMR SMA NEGERI 1 GUBUG | | Posted On at 09.42


Pengertian racun
Suatu zat yang bila masuk dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinginkan bahkan dapat menimbulkan kematian. Reaksi kimianya merusak jaringan tubuh atau mengganggu fungsi tubuh. Harus dibedakan dengan reaksi obat karena reaksi obat dalam tubuh memang diinginkan, namun ada kalanya terjadi reaksi obat yang tidak di inginkan . Beberapa contoh zat yang berupa racun : insektisida, sianida ( pada singkong beracun ), racun binatang ( ular, kalajengking dll ).
Terjadinya keracunan pada manusia :
a. Sengaja ( Bunuh diri )
b. Tidak sengaja ( makanan,minuman, udara beracun )
c. Penyalahgunaan obat
Berdasarkan jalur masuknya racun kedalam tubuh manusia, keracunan dibagi menjadi empat :
1. Keracunan melaui mulut / alat pencernaan
Gejala : - Mual muntah
- Nyeri perut
- Diare
- Napas berbau
- Suara parau
- Luka bakar pada daerah mulut
- Adanya sisa racun didaerah mulut
- Mulut berbusa
Penanganan :
- Beri minum anti racun umum ( norit, susu, putih telur, air kelapa, air mineral )
- Usahakan si penderita muntah
- Jangan muntahkan bila menelan asam/basa kuat, minyak, korban kejang, korban tidak sadar
2. Keracunan melalui pernapasan
Gejala :
 - Sesak napas
- Kulit kebiruan ( sianosis )
- Napas berbau
- Batuk
- Suara parau
Penanganan :
- Beri oksigen bila ada
- Rujuk ke fasilitas kesehatan segera
3. Keracunan melalui kontak / penyerapan ( kulit )
Gejala :
- Kulit daerah kontak berwarna kemerahan
- Nyeri
- Melepuh dan meluas
Penanganan :
- Buka baju penderita
- Bila racun berupa serbuk sikat sampai bersih
- Siram bagian yang terkena racun dengan air ( minimal 20 Menit )
- Jangan siram kulit dengan air yang terkena soda api
4. Keracunan melalui suntik / gigitan
Gejala :
 - Luka didaerah suntikan / gigitan
- Nyeri pada daerah gigitan
- Kemerahan
- Perubahan warna kulit
Penanganan :
- Rujuk ke fasilitas kesehatan
Gejala dan tanda keeracunan :
1. Penurunan kesadaran, gangguan status mental ( gelisah, ketakutan )
2. Gangguan pernapasan
3. Nyeri kepala, pusing, gangguan penglihatan
4. Mual, muntah, mulut berbusa
5. Lemas, lumpuh, kesemutan
6. Pucat, kebiruan ( sianosis )
7. Kejang-kejang
8. Syok
9. Denyut nadi tak beraturan
Penanganan Keracunan secara umum :
1. Pengamanan penderita dan penolong terutama bila berada di daerah dengan gas beracun.
2. Keluarkan penderita dari daerah berbahaya bila memungkinkan.
3. Lakukan penilaian dini
4. Bila racun masuk melalui jalur kontak, maka buka baju penderita dan bersihkan sisa bahan beracun bila ada.
5. Awasi jalan napas, terutama bila respon menurun atau penderita muntah
6. Bila keracunan terjadi secara kontak maka bilaslah daerah yang terkena dengan air.
7. Penatalaksanaan syok bila terjadi (Lihat Bab Perdarahan dan Syok).
8. Pantaulah tanda vital secara berkala.
9. Bawa ke RS/dokter/Puskesmas.
Gigitan Ular
Bila seseorang penderita luka gigitan ular menunjukkan gejala dan tanda maka berarti keadaannya serius dan perlu penanganan khusus.
Beberapa gejala dan tanda :
1. Demam
2. Mual dan muntah
3. Pingsan
4. Lemah
5. Nadi cepat dan lemah
6. Kejang
7. Gangguan pernapasan
Penanganan pada gigitan ular
. Amankan diri penolong dan tempat kejadian
. Tenangkan penderita
. Lakukan penilaian dini
. Rawat luka, bila perlu pasang bidai.
. Rujuk ke fasilitas kesehatan
Alternatif :
. Pemakaian pembalut elastis
. Identifikasi ular
. JANGAN MEMAKAI TORNIKET 

KEDARURATAN MEDIS

Diposting oleh PMR SMA NEGERI 1 GUBUG | | Posted On at 09.41


Seseorang yang mengalami kasus medis atau dikenal dengan kedaruratan medis mungkin juga adapt mengalami cedera sebagai akibat dari gejala gangguan fungsi tubuh, misalnya kehilangan kesadaran lalu terjatuh sehingga terjadi suatu luka. Penyebabnya antara lain infeksi, racun, atau kegagalan satu atau lebih system tubuh. Penangan penderita yang paling penting adalah menjaga jalan napas dan memantau tanda vital penderita saat teratur lalu segera merujuk penderita kefasilitas kesehatan
Gejala dan Tanda pada Kedaruratan Medis
Gejala dan tanda pada kedaruratan medis sangat beragam, khas maupun tidak khas antara lain :
1. Demam
2. Nyeri
3. Mual, muntah
4. Buang air kecil berlebihan atau tidak sama sekali
5. Pusing, perasaan mau pingsan, merasa akan kiamat
6. Sesak atau merasa sukar bernapas
7. Rasa haus atau rasa lapar berlebihan, rasa aneh pada mulut
Tanda :
1. Perubahan status mental ( tidak sadar dan bingung )
2. nada cepat atau sangat lambat, tidak teratur, lemah atau sangat kuat
3. pernapasan tidak teratur
4. perubahan keadaan kulit : suhu , kelembaban , keringat berlebihan, sangat kering termasuk perubahan warna pada selaput lendir ( pucat,kebiruan dan terlalu merah)
5. perubahan tekanan darah
6. pupil mata sangat lebar atau sangat kecil
7. bau khas dari mulut atau hidung
8. terjadinya kejang atau kelumpuhan
9. mual, muntah, diare
Beberapa kasus umum yang mungkin ditemukan oleh seorang penolong :
1. Pingsan
• Terjadi karena peredaran darah dan oksigen ke organ otak berkurang.
• Tanda : - Denyut Nadi lambat
- Pucat, Kulit Dingin dan berkeringan
• Terjadi akibat :
- Reaksi terhadap rasa nyeri
- Kelelahan
- Kekurangan makanan
- Emosi yang hebat
- Berada dalam ruangan yang penuh orang tanpa udara segar yang cukup.
• Gejala dan tanda pingsan
o Perasaan limbung.
o Pandangan berkunang-kunang dan telinga berdenging.
o Lemas, keluar keringat dingin.
o Menguap.
o Dapat menjadi tidak ada respon, yang biasanya berlangsung hanya
beberapa menit.
o Denyut nadi lambat.
• Penanganan pingsan
1. Baringkan penderita dengan tungkai ditinggikan.
2. Longgarkan pakaian.
3. Usahakan penderita menghirup udara segar.
4. Periksa cedera lainnya.
5. Beri selimut, agar badannya hangat.
6. Bila pulih, usahakan istirahatkan beberapa menit.
7. Bila tidak cepat pulih, maka:
– Periksa napas dan nadi.
– Posisikan stabil.
8. Rujuk ke Fasilitas kesehatan
2. Paparan Panas
Gangguan tubuh yang terjadi akibat panas ada tiga macam :
a. Kejang Panas ( Kram )
b. Kelelahan Panas
c. Sengatan Panas
a. Kejang panas
Gangguan ini berupa kejang disertai nyeri pada otot yang terjadi pada saat melakukan kegiatan fisik, misalnya bermain bola, berlari. Umumnya terjadi pada otot tungkai dan perut. Hal ini terjadi pada akibat kehilangan cairan dan elektrolit dalam tubuh yang cukup besar melalui keringat. Penderita umumnya sadar dan berkeringat, suhu tubuh normal.
Gejala dan Tanda
1. Kejang pada otot yang disertai nyeri, biasanya pada otot tungkai dan perut.
2. Kelelahan
3. Mual
4. Mungkin pingsan
Penanganan
1. Pindahkan penderita ke tempat teduh / sejuk.
2. Baringkan sampai kejangnya menghilang.
3. Beri minum kepada penderita ( Oralit atau sejenisnya )
4. Rujuk ke fasilitas kesehatan terutama bila kejang tidak berhenti.
b. Kelelahan Panas
Kondisi yang tidak fit pada saat melakukan aktivitas di lingkungan yang suhu udaranya relatif tinggi, yang mengakibatkan terganggunya aliran darah gangguan ini juga akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui keringat yang berlebihan sampai sistem sirkulasi terganggu. Bila tidak diatasi kelelahan panas dapat menjadi sengatan panas.
Gejala dan Tanda
1. Pernapasan cepat dan dangkal.
2. Nadi lemah.
3. Kulit teraba dingin, keriput, lembab dan selaput lendir pucat
4. Pucat, keringat berlebihan.
5. Lemah.
6. Pusing, kadang penurunan respons
7. Lidah kering dan haus
Penanganan
1. Baringkan penderita ditempat yang teduh
2. Kendorkan pakaian yang mengikat
3. Tinggikan tungkai penderita 20 – 30 cm
4. Beri minum bila penderita sadar
5. Rujuk ke fasilitas kesehatan
c. Sengatan Panas
Terjadi akibat kegagalan sistem pengaturan suhu tubuh penderita sudah tidak lagi mampu untuk mengeluarkan kelebihan panas, sehingga suhu tubuh menjadi terlalu tinggi dan berbahaya bagi keselamatan penderita. Masalah ini menjadi lebih kompleks bila penderita tidak lagi berkeringat. Keadaan ini biasanya terjadi akibat aktivitas fisik berlebihan di tempat bersuhu tinggi atau di tempat yang kelembaban dan ventilasinya kurang baik. Sengatan panas dapat mengancam jiwa.
Gejala dan Tanda
1. Pernapasan cepat dan dalam.
2. Nadi cepat dan kuat diikuti nadi cepat tetapi lemah.
3. Kulit teraba kering, panas kadang kemerahan
4. Pupil mata melebar
5. Kehilangan kesadaran
6. Kejang umum atau gemetar pada otot
Penanganan
1. Turunkan suhu tubuh penderita secepat mungkin.
2. Letakkan kantung es pada ketiak, lipat paha, dibelakang lutut dan sekitar mata kaki serta di samping leher.
3. Bila memungkinkan, masukkan penderita ke dalam bak berisi air dingin dan tambahkan es ke dalamnya.
4. Rujuk ke fasilitas kesehatan
3. Paparan Dingin ( Hipotermia )
Paparan terhadap dingin dapat menyebabkan suhu tubuh menurun < 35o C. Tubuh akan berusaha menuruninya dengan cara gemetar , suatu respon bawah sadar untuk meningkatkan suhu tubuh melalui aktivitas otot. Hipotermia dapat terjadi akibat penderita berada dialam terbuka dalam waktu yang lama. Ada beberapa hal yang adapt memperburuk hipotermia yaitu :suhu rendah, angin, air, usia penderita, kesehatan penderita, penyakit yang diderita, alcohol, penyalah gunaan obat dan kekurangan makanan .
Gejala dan Tanda
1. Menggigil / gemetar
2. Terasa melayang
3. Pernapasan cepat nadi lambat
4. Gangguan penglihatan
5. Reaksi mata lambat
6. Alat gerak kaku
7. Pupil mata melebar dan tidak bereaksi
8. Kesadaran menurun
Penanganan Rawat penderita dengan hati hati, berikan rasa nyaman.
1. Penilaian dini dan pemeriksaan penderita.
2. Pindahkan penderita dari lingkungan dingin.
3. Jaga jalan napas dan berikan oksigen bila ada.
4. Ganti pakaian yang basah, selimuti penderita, upayakan agar tetap kering.
5. Bila penderita sadar dapat diberikan minuman hangat secara pelan pelan.
6. Pantau tanda vital secara berkala.
7. Rujuk ke fasilitas kesehatan 

Mars Palang Merah Indonesia

Diposting oleh Ari Arwani | | Posted On at 08.34



Palang Merah Indonesia
Sumber kasih umat manusia
Warisan luhur, nusa dan bangsa
Wujud nyata pengayom Pancasila

Gerak juangnya keseluruh nusa
Mendarmakan bhakti bagi ampera
Tunaikan tugas suci tujuan PMI
Di Persada Bunda Pertiwi

Untuk umat manusia
Di seluruh dunia
PMI menghantarkan jasa

EVAKUASI TRANSPORTASI

Diposting oleh Ari Arwani | | Posted On Jumat, 29 April 2011 at 10.18


By : Bang Ari Arwani

Mekanika Tubuh

Mekanika Tubuh adalah menggunakan gerakan tubuh penolong yang baik dan benar untuk memudahkan pengangkatan dalam pemindahan penderita (EVAKUASI)

Tujuan :

Menghindari terjadinya cedera pada penolong

Pemindahan Penderita

Setelah melakukan penilaian keadaan dan penilaian dini, selanjutnya kita menentukan prioritas pemindahan penderita. Beberapa pertanyaan yang mungkin terjadi adalah :

a. Kapan saatnya penderita dipindahkan

b. Apakan penilaian dan pemeriksaan penderita harus selesai sebelum pemindahan.

c. Berapa lamakah tulang belakang harus dijaga ( stabilisasi manual )

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemindahan penderita :

1. Nilai kesulitan yang mungkin terjadi pada saat pemindahan

2. Rencanakan gerakan sebelum mengangkat dan memindahkan penderita

3. Jangan memindahkan dan mengangkat penderita jika tidak mampu

4. Gunakan otot tungkai, panggul serta otot perut. Hindari mengangkat dengan otot punggung dan membungkuk.

5. Jaga keseimbangan

6. Rapatkan tubuh penderita dengan tubuh penolong saat memindahkan dan mengangkat korban.

7. Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap

Prinsip dasar pemindahan penderita :

1. Jangan dilakukan jika tidak perlu

2. Melakukan sesuai dengan cara yang benar

3. Kondisi Fisik Penolong harus baik dan terlatih

Tidak ada definisi yang pasti kapan seorang penderita harus dipindahkan. Sebagai pedoman dapat dikatakan bahwa bila tidak ada bahaya berikan pertolongan dulu baru pindahkan penderita.Bila situasi dan kondisi dilapangan relative tidak aman mungkin harus dilakukan pemindahan korban terlebih dahulu.

Berdasarkan keselamatan penolong dan penderita, pemindahan penderita digolongkan menjadi 2 bagian :

1. Pemindahan Darurat

Pemindahan darurat dilakukan bila ada bahaya yang mengancam bagi penderita dan penolong. Contoh :

- Ancaman Kebakaran

- Ancaman Ledakan

- Ancaman Bangunan runtuh

- Ancaman mobil terguling bensin tumpah

- Adanya bahan-bahan berbahaya

- Orang sekitar yang berprilaku aneh

- Kondisi cuaca yang buruk

Contoh Cara pemindahan Darurat :

- Tarikan lengan

- Tarikan Bahu

- Tarikan Baju

- Tarikan selimut

2. Pemindahan Biasa

Pemindahan biasa dilakukan jika keadaan tidak membahayakan penderita maupun penolong.

Tehnik angkat langsung dengan tiga penolong :

1. ke tiga penolong berlutut pada salah satu sisi penderita , jika memungkinkan beradalah pada sisi yang paling sedikit cedera

2. penolong pertama menyisipkan satu lengan dibawah leher dan bahu, lengan yang satu disisipkan dibawah punggung penderita

3. penolong kedua menyisipkan tangan dibawah punggung dan bokong penderita

4. penolong ketiga menyisipkan lengan dibawah bokong dan dibawah lutut penderita

5. penderita siap diangkat dengan satu perintah

6. angkat penderita keatas lutut ketiga penolong secara bersamaan

7. sisipkan tandu yang akan digunakan dan atur letaknya oleh penolong yang lain

8. letakkan kembali penderta diatas tandu dengan satu perintah yang tepat

9. jika akan berjalan tampa memakai tandu, dari langkah no 6 teruskan dengan memiringkan penderita ke dada penolong

10. berdiri secara bersamaan dengan satu perintah

11. berjalanlah kearah yang dikehendaki dengan langkah bertahap

Tehnik mengangkat tandu

Penolong dalam keadaan berjongkok dan akan mengangkat tandu

1. tempatkan kaki pada jarak yang tepat

2. punggung harus tetap lurus

3. kencangkan otot punggung dan otot perut. Kepala tetap menghadap kedepan dalam posisi netral

4. genggamlah pegangan tandu dengan baik

5. pada saat mengangkat punggung harus tetap terkunci sebagai poros dan kekuatan konstraksi otot seluruhnya pada otot tungkai

6. saat menurunkan tandu lakukan langkah diatas pada urutan selanjutnya .

Tehnik angkat anggota gerak

Biasanya diperlukan dua penolong untuk melakukan tehnik ini :

a. Penolong pertama berada diposisi kepala penderita

b. Lakukan pengangkatan pada lengan penderita

c. Penolong yang lain berdiri diantara dua tungkai penderita, menyelipkan tangan dan mengangkat ke dua lutut penderita

d. Dengan satu aba- aba kedua penolong dapat memindahkan penderita di lokasi yang diinginkan

Posisi penderita

Secara umum posisi penderita tergantung dari cedera yang dialami dan keadaan pada saat

itu. Beberapa pedoman untuk memposisikan penderita :

- Penderita dengan syok. Jika tidak ditemukan tanda-tanda cedera pada tungkai atas dan tulang belakang tingikka tungkai sekitar 20 – 30 cm.

- Penderita dengan gangguan pernapasan. Posisikan duduk atau setengah duduk

- Penderita dengan nyeri perut. Posisikan tidur. Posisikan tidur miring dengan tungkai ditekuk

- Penderita Muntah-muntah. Posisikan nyaman dan awasi jalan napas

- Penderita Trauma, terutama dicurigai cedera tulang belakang (spinal) harus segera distabilkan dan imobilisasi dengan papan spinal panjang.

- Penderita tidak sadar dan tidak dicurigai ada cedera spinal atau cedera berat lainnya, posisikan miring stabil

Posisi terbaik melakukan pemindahan tergantung pada kondisi saat itu.

LUKA BAKAR

Diposting oleh Ari Arwani | | Posted On at 10.13


By : Bang Ari Arwani

Pengertian : Semua cedera yang terjadi akibat paparan suhu yang tinggi.

Penyebab Luka Bakar :

1. Panas ( Suhu Diatas 60º ), contoh : Api, Uap panas, Benda panas

2. Listrik, Contoh : Listrik Rumah tangga, Petir

3. Kimia, Contoh : Soda Api, Air aki (Zuur)

4. Radiasi, Contoh : Sinar Matahari (Ultra Violet), Bahan Radioaktif

Pengolongan

Berdasarkan luas lapisan kulit yang mengalami cedera, luka bakar dikelompokkan menjadi :

1. Luka Bakar Derajat Satu (Permukaan) meliputi permukaan kulit yang paling atas ( kulit Ari / Epidermis )

2. Luka Bakar Derajat Dua. Sedikit lebih dalam

3. Luka Bakar Derajat Tiga. Lapisan yang terkena tidak terbatas bahkan sampai kedalam tulang dan rongga dalam.

Luas permukaan luka bakar

Dalam penangan luka bakar dan penentuan derajat berat luka bakar, luas permukaan tubuh yang mengalami luka bakar sangat berperan. Pedoman untuk memperkirakan luas daerah yang terbakar dilakukan dengan Hukum 9 ( rule of nine ) yaitu dengan membagi daerah tubuh dengan prosentase sembilan per daerah tubuh ( lihat gambar hukum 9 )

Penangangan Luka Bakar :

1. Alirkan air biasa ke daerah yang luka, bila ada bahan kimia alirkan air terus menerus selama 20 menit atau lebih

2. Lepaskan pakaian dan perhiasan, jika pakaian melekat pada luka bakar gunting sekitarnya jangan memaksa untuk melepasnya

3. Tutup luka bakar, gunakan penutup luka steril ( kassa Steril ), jangan memecahkan gelembung.

4. Jangan gunakan mentega, odol, oli, kecap, kopi, air es.

5. Rujuk ke fasilitas kesehatan

FOTO KEGIATAN PMR SMA NEGERI 1 GUBUG

Diposting oleh Ari Arwani | | Posted On at 07.17



MISI KEMANUASIAAN KE MERAPI






KUNJUNGAN KE UTDC Kab. GROBOGAN
MOUNTAINERING DAN OUT BOND



CEDERA SISTEM OTOT RANGKA

Diposting oleh Ari Arwani | | Posted On at 07.13


By : Bang Ari Arwani
Cedera otot rangka merupakan salah satu bentuk cedera yang paling banyak dijumpai di lapangan, mulai dari yang ringan sampai mengancam nyawa. Tanpa memandang berat atau ringannya kasus yang dihadapi, penangan yang baik dapat membantu mencegah terjadinya cacat tetap.
Secara umum cedera otot rangka dapat berupa :
1. Patah tulang ( Fraktur )
2. Cerai sendi ( Dislokasi )
3. Terkilir otot ( Strain )
4. Terkilir sendi ( Sprain )
1. Patah Tulang
Patah Tulang adalah terputusnya jaringan tulang
Gejala dan tanda patah tulang :
- Perubahan bentuk
- Nyeri dan kaku
- Terdengar suara berderik pada daerah yang patah
- Terjadinya pembengkakan
- Adanya memar
- Ujung tulang terlihat
- Adanya gangguan peredaran perdarahan
Jenis Patah Tulang
1. Patah tulang terbuka
• Bagian tulang yang patah berhubungan dengan udara luar
2. Patah tulang tertutup
• Bagian tulang yang patah tidak berhubungan dengan udara luar
Pembidaian
Pemakaian suatu alat Bantu untuk menghindari pergerakan, melindungi dan menstabilkan bagian tubuh yang cedera.
Tujuan Pembidaian -> Fiksasi & Imobilisasi
1. Mencegah pergerakan atau pergeseran dari ujung tulang yang patah
2. Mengurangi cidera yang baru disekitar bagian tulang yang patah
3. Mengistirahatkan anggota badan yang patah
4. Mengurangi rasa nyeri
5. Mengurangi perdarahan
6. Mempercepat penyembuhan
Macam – macam Bidai
1. Bidai Keras
Dibuat dari bahan yang keras dan kaku untuk mencegah pergerakan bagian yang cedera. Bahan yang sering dipakai adalah kayu, alumunium, karton, plastic atau bahan lain yang kuat dan ringan. Contoh : BIdai kayu, bidai tiup, bidai vakum
2. Bidai yang dapat dibentuk
Jenis bidai ini dapat diubah menjadi berbagai bentuk dan kombinasi untuk disesuaikan dengan bentuk cedera . Contoh : Bidai vakum, bantal, selimut, karton, bidai kawat.
3. Bidai Traksi
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya.Hanya digunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha
4. Gendongan atau Blat dan Bebat
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umunya dipakai mitela.Prinsipnya adalah memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.
5. Bidai Improvisasi
Bila tidak tersedia bidai jadi, maka penolong dituntut mampu berimprovisasi membuat bidau yang cukup kuat dan ringan untuk menopang bagian tubuh yang cedera.Contoh : majalah, Koran, karton dll
Pedoman umum pembidaian
1. Sampaikan rencana tindakan kepada penderita
2. Pastikan bagian yuang cedera dapat dilihat dan rawat perdarahan bila ada
3. Nilai gerakan sensasi-sirkulasi pada bagian daerah luka sebelum menggerakan pembidaian
4. Siapkan alat seperlunya ( bidai dan, mitella )
5. Upayakan tidak mengubah posisi yang cidera
6. Jangan memasukan bagian tulang yang patah
7. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah
8. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar
9. Ikatan harus cukup jumlahnya dimulai dari sendi yang banyak bergerak
10. Selesai dilakukan pembidaian dilakukan pemeriksaan GSS kembali, bandingkan dengan pemerikasaan GSS yang pertama
2. Cerai Sendi ( Dislokasi )
Cerai sendi adalah keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi.
Penyebab :
- Sendi teregang melebihi batas normal sehingga kedua ujung tulang terpisah dan tidak pada tempatnya. Jaringan ikat sendi bisa tertarik melebihi batas normal dan mungkin sampai robek
Gejala dan tanda :
- Secara umum berupa gejala dan tanda patah tulang yang terbatas pada daerah sendi.
3. Terkilir Otot ( Strain )
Terkilir otot adalah robeknya jaringan otot pada ekor otot ( Tendon ), karena teregang melebihi batas normal.
Penyebab :
- Umumnya terjadi karena pembebanan secara tiba-tiba pada otot tertentu.Hal ini sering terjadi pada cedera olahraga karena :
a. Latihan peregangan tidah cukup
b. Latihan peregangan tidak benar
c. Teregang melampaui kemampuan
d. Gerakan yang tidak benar
Gejala dan tanda :
1. Nyeri yang mendadak pada daerah otot yang tertentu
2. Nyri menyebar keluar disertai kejang dan kaku otot
3. Bengkak pada daerah cedera
4. Terkilir Sendi ( Sprain )
Terkilir Sendi adalah robek atau putusnya jaringan ikat sekitar sendi karena sendi teregang melebihi batas normal .
Penyebab : Terpeleset, gerakan yang salah .
Gejala dan Tanda
1. Bengkak
2. Nyeri Gerak
3. Nyeri Tekan
4. Warna kulit merah kebiruan
Pertolongan cedera pada sistem otot rangka :
1. Lakukan penilaian dini.
2. Lakukan pemeriksaan Fisik
3. Stabilkan bagian yang patah secara manual
4. Upayakan yang diduga patah dapat dilihat
5. Atasi perdarahan dan rawat luka bila ada
6. Siapkan alat-alat seperlunya ( bidai dan mitella )
7. LAKUKAN PEMBIDAIAN……!!!
8. Kurangi rasa sakit
9. Baringkan penderita pada posisi yang nyaman.
Penanganan Terkilir :
- Letakkan penderita dalam posisi yang nyaman, istirahatkan bagian yang cedera
- Tinggikan bagian yang cedera
- Beri kompres dingin maksimum 3 menit, ulangi setiap jam bila perlu
- Balut tekan dan tetap tinggikan
- Rawat sebagai patah tulang
- Rujuk ke fasilitas kesehatan
Pertolongan pada beberapa cedera alat gerak :
1. Cedera bahu
Dislokasi bahu adalah cedera yang paling sering terjadi di daerah bahu. Bila terjadi patah tulang selangka, mungkin terlihat rongga pada daerah lengan atas di bawah tulang selangka. Pada cedera ini tindakan yang paling baik adalah memasang gendongan.
2. Cedera Patah tulang lengan atas
Tulang lengan atas merupakan tulang yang cukup tebal dan kuat, bila tulang ini cedera waspadailah cedera jaringan disekitarnya. Pertolongan :
a. letakkan lengan bawah di dada dengan telapak tangan menghadap kedalam
b. Pasang bidai sampai siku
c. Ikat di daerah diatas dan diaerah yang patah
d. Lengan bawah digendong
e. Jika siku juga patah dan tangan tidak dapat dilipat, pasang bidai sampai ke lengan bawah, dan biarkan tangan tergantung, tidak usah digendong.
f. Rujuk ke fasilitas kesehatan
3. Cedera patah tulang lengan bawah
Cedera di daerah lengan bawah dan pergelangan tangan merupakan cedera yang sering ditemukan. Pertolongan :
a. letakkan tangan di dada
b. Pasang bidai dari siku sampai tangan
c. Ikat pada daerah diatas dan dibawah tulang yang patah
d. Lengan digendong
e. Rujuk ke fasilitas kesehatan
4. Cedera tangan dan jari
Tangan yang cedera harus dibidai pada posisi fungsional. Cara paling mudah adalah dengan meletakkan benda dalam telapak tangan, lalu membalut tangan tersebut dan meletakkannya diatas bidai. Bila yang cedera adalah jari, maka ikatlah jari tersebut dengan jari disebelahnya. Bila yang cedera lebih dari satu jari maka bidailah seluruh tangan
5. Patah tulang paha
Perubahan bentuk pada patah tulang paha biasanya terlihat dengan jelas, disamping nyeri dan pembengkakkan. Pertolongan :
a. Pasang dua bidai dari :
a. Ketiak sampai sedikit melewati telapak kaki
b. Lipatan paha sampai sedikit melewati telapak kaki
b. Beri bantalan kapas atau kain antara bidai dengan tungkai yang patah
c. Bila perlu ikat kedua kaki diatas lutut dan pergelangan kaki – telapak kaki dengan pembalut utnuk mengurangi pergerakan.
d. Rujuk ke fasilitas Kesehatan
Catatan :
- Patah tulang paha dapat menimbulkan perdarahan dalam, sehingga penderita dapat mengalami syok
- Bila ada patah tulang terbuka, atasi perdarahan dan rawat lukanya
6. Cedera Lutut
Bila lutut berada dalam posisi tertekuk maka bidailah dalam posisi tersebut dan bila lurus maka bidailah dalam posisi lurus. Cara membidainya sama seperti patah tulang paha .
7. Patah tulang tungkai bawah
Umumnya kedua tulang tungkai bawah mengalami cedera bersamaan. Letaknya yang sangat dekat denganpermukaan kulit menyebabkan cedera ini sering berupa patah tulang terbuka . Pertolongan :
a. Pasang 2 bidai disebelah luar dan dalam tungkai yang patah dari lipatan paha sampai sedikit melewati telapak kaki.
b. Beri bantalan kapas atau kain antara bidai atau kain.
c. Rujuk ke fasilitas kesehatan