Kissing, Necking, Petting, dan Intercourse

Diposting oleh Ari Arwani | | Posted On Rabu, 09 November 2011 at 06.24

Pernah dengar istilah-istilah itu?
Kissing = Berciuman biasanya identik dengan ciuman di bibir (cium tangan orang tua dan cium di jidat dari orangtua tidak termasuk). Cipika-cipiki (cium pipi kanan- cium pipi kiri), sampai french kiss.

Necking = Secara bahasa artinya berpelukan (bukan pelukan kemenangan para pemain olahraga, bukan pelukan saat sedih, bukan pelukan dari orangtua ke anak). Kata wikipedia tidak hanya terbatas pada leher. Jadi bisa saja sampai telinga dan sekitarnya.

Grinding = Saling menggesek-gesekkan tubuh dengan tekanan secara bersamaan di ddaerah rangsangan seksual dengan berpakaian (juga disebut dry humping).

Petting = Menyentuh dan memijat daerah rangsangan seksual dengan berpakaian (Rabaan atau petting). Menyentuh penis dan memijat daerah rangsangan seksual dibalik pakaian (petting kelas berat) (Wikipedia). Menggesek-gesekkan penis pada vagina tanpa memasukkan juga merupakan petting

Intercourse = Secara tradisional (biasanya) artinya hubungan seks ( masuknya penis pada vagina). Dalam perkembangannya ada berbagai macam intercourse (seks, anal, dll).

Kita tidak akan membahas tentang bagaimana proses terjadinya. Sudahkah melakukan minimal salah satu?
"janganlah mendekati zina..." nah ini kronologisnya (kecuali ada unsur paksaan dan kejahatan).

Pertama akan terjadi kissing. Biasanya tahap paling pertama dari apa yang disebut pacaran. masih adakah yang pacaran hanya berjalan berdua dengan pegangan tangan dan bercana tawa? Saat ini godaan yang paling berat sebenarnya ada di sini. Selama bisa menjaga untuk menghindari kissing maka tahap-tahap selanjutnya tidak akan terjadi. Kissing sering dijadikan alasan untuk mengetahui bahwa seseorang benar-benar sedang berpacaran.
Setelah beberapa hari atau bulan dalam tahap kissing biasanya rasa ingin tahu menyebabkan pasangan sering menggoda untuk melakukan lebih dari kissing. Mulailah pepindahan bibir. Biasanya hanya mendarat di sekitar wajah kali ini mulai mengubah arah sasaran. Sasaran paling empuk adalah leher. Kenapa leher? Karena leher mempunyai daya rangsang baik bagi pria maupun wanita (jangan coba sebelum menikah). Rasa geli yang ada saat leher dicium akan merambat ke bagian-bagian tubuh yang lain. Biasanya ke otak dan ke syaraf kemaluan. Ciuman-ciuman yang awalnya iseng menjadi kebiasaan yang kemudian ditolerir oleh pasangan. Kegiatan ini disebut necking. Mulai dari leher naik ke telinga atau berputar ke tengkuk merupakan jurus awal dalam melakukan necking. Saat pasangan mulai terlenan dengan kebiasaan ciuman di sekeliling leher, tangan mulai beraksi dengan meraba-raba bagian tubuh. Mulai dari rambut(biasanya dari awal sudah dilakukan), semakin turun-semakin turun hingga melewati leher.
Saat mulai ada keinginan untuk melakukan necking seharusnya menjadi sirene tanda bahaya bahwa gaya pacaran yang dijalani sudah mulai TIDAK SEHAT (kecuali pacaran setelah menikah). Saat itu kedua orang yang berhubungan harus menyadari arah dari hubungan yang dibangun. Jangan sampai ada penyesalan setelah semuanya terjadi. Perlu pemikiran yang matang dan banyak sekali introspeksi dalam melanjutkan hubungan yang dibangun.

Seandainya secara sadar berkeras untuk melanjutkan apa yang telah dimulai hendaknya segera hubungi KUA terdekat. Paling tidak siapkan kondom untk berjaga-jaga selama beberapa bulan kedepan. Hal yang akan ditulis berikut hanya bertujuan sebagai peringatan dan tidak dianjurkan untuk dilakukan SEBELUM MENIKAH!!!

Apa yang terjadi saat necking? Tentunya saat itu berbagai rayuan maut telah dilancarkan seorang pria untuk merayu pasangan. Mulai dari rasa sayang, putus, mencoba hal baru, agar tidak kampungan, dll (anda bisa mengetahuinya). Seandainya memang belum cukup mapan dan belum mantap sebaiknya jangan lakukan paling parah hanya patah hati beberapa hari lalu selesai. Daripada menyesal selamanya.
Tangan pasangan yang mulai bergerak menuju sasaran berikutnya akan membuat semuanya terlambat saat sudah mulai tersadar. Pertama leher, kemudian punggung, bergerak maju menuju salah satu kebanggaan dan kehormatan wanita yaitu payudara. Disini akan memakan waktu lama karena secara naluri pria sangat suka berlama-lama disana. Dari pertama necking sampai tahap selanjutnya dapat memakan waktu lama bisa juga sebentar. Namun saat seorang pria telah berhasil membobol payudara biasanya hampir setiap bertemu pasti akan disentuh. Jangan kaget dan menyesal. Hentikan saat masih bisa.
Grinding termasuk bagian dari petting. Pada saat pertama melakukanpetting hanya coba-coba. Setelah itu akan ketagihan. Sex is like a drug. Seks itu seperti narkoba. Sekali mencoba akan ada keinginan untuk mencoba lagi. Saat sudah terbiasa melakukan akan ada rasa hampa saat tidak melakukannya dan tidak ada rasa puas saat melakukannya. Hampa. Bukan karena seks itu membosankan tapi makna dari hubungan seks telah hilang. Petting yang semula hanya bumbu justru menjadikan hubungan terasa hambar. Akibatnya tentu dapat diprediksi. Jika saat pertama melakukan hanya dry humpingdengan masih berpakaian maka akan berlanjut menjadi heavy petting. Saat ini telah ada resiko kehamilan.
Jangan pernah termakan omongan bahwa petting tidak bisa menyebabkan kehamilan. Selalu ada resiko kehamilan saat sperma bermain dengan sel telur. Contohnya : jika tangan yang tanpa sengaja terkena sperma lalu digunakan untuk menggosok vagina maka sperma dapat ikut masuk dan mungkin bisa membuahi sel telur.
Kalau petting saja bisa menimbulkan kehamilan, maka tidak perlu ditanyakan apakah intercourse bisa menyebabkannya. Kecuali ada masalah dengan kondisi badan maka intercourse adalah awal dari adanya manusia (kecuali Adam dan Hawa). Apa dianggap anak manusia berasal dari batu atau burung bangau yang membawa bayi dari entah dimana? Tidak.
Manusia berasal dari bertemunya sel sperma dan sel telur. Cara alami dan paling umum adalah intercourse (kawin suntik/kloning tidak termasuk). Tahap puncak dari hubungan seks adalah intercourse. Secara tradisional intercourse digunakan untuk meneruskan keturunan. Saat ini intercourse digunakan untuk berbagai tujuan. Bahkan ada penelitian yang mengatakan seks baik untuk kesehatan.
Seks yang pada lalu menjadi makna bagi intercourse yaitu masuknya penis pada vagina telah mengalami perubahan seiring dengan berjalannya waktu. Saat ini proses seksual dapat dikatakan mulai dari kegiatan mencium pasangan hingga "silaturahmi kelamin". Jadi saat berciuman sebenarnya kita telah melakukan hubungan seks. Hanya saja kissing merupakan aktifitas seks paling ringan tetapi juga paling berbahaya karena semua bermula dari Kissing.

Setelah membaca dan memahami apa yang ditulis diharapkan pemahaman dan kesadaran akan seks meningkat. Hal ini perlu agar berbagai kasus aborsi tidak terjadi di Negara ini. Sudahkah melakukan salah satu atau beberapa kegiatan diatas? Hentikan segera jika belum siap untuk berkomitmen.

Tip Gaya Pacaran yang Sehat biar Aman!

Diposting oleh Ari Arwani | | Posted On at 06.21

Di jaman ini pacaran telah menjadi semacam life style/ gaya Hidup baru bagi remaja dan merupakan hal yang lumbrah. Remaja mengalami perubahan fisik dan psikis pada masa-masa yang dilaluinya, dimana remaja ingin mencoba karena terdorong rasa ingin tahu mereka yang tinggi, Remaja memiliki banyak waktu senggang diantara jam kuliah atau pulang sekolah ataupun antara kuliah,

remaja belum memiliki orietasi materi karena kehidupannya masih serba ditanggung oleh orangtunaya, jadi tidak ada hal penting yang terlalu membebani pikiran remaja.

CELAKANYA, Gaya pacaran remaja di zaman sekarang telah mengarah pada perilaku yang diluar batas, disinilah mulai muncul masa pacaran yang didalamnya terkait perilaku seks untuk mengisi waktu senggang mereka, dan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan perilaku seks yang tidak semustinya mereka lakukan.

Perilaku seksual adalah perilaku yang muncul oleh karena dorongan seksual. Perilaku seksual bermacam-macam mulai dari bergandengan tangan, pelukan, kissing necking, petting, licking dan sampai berhubungan seksual. Dan perilaku seksual bisa diibaratkan seperti bola salju yang sekali dilepaskan dari atas bukit akan semakin membesar terus dan susah untuk dihentikan.

Pacaran sehat adalah suatu proses pacaran dimana keadaan fisik, mental dan sosialnya dalam keadaan baik. Sehat secara fisik berarti tak ada kekerasan dalam berpacaran. Biarpun cowok secara fisik lebih kuat, bukan berarti bisa seenaknya menindas kaum hawa. Pada intinya dilarang kontak dalam bentuk kekerasan fisik. Selain itu, menjaga kondisi tubuh diri dan pasangan agar tetap sehat juga merupakan hal yang harus dilakukan dan tentunya menguntungkan satu sama lain.

Pacaran sebenarnya merupakan waktu bagi sepasang individu untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Pacaran pastinya memiliki efek dan bias terhadap kehidupan masing-masing. baik secara positif ataupun negatif tergantung bagaimana cara menjalaninya.

Selama pacaran dilakukan dalam batas-batas yang benar, pacaran dapat mendatangkan banyak hal positif.

Dengan kata lain yang perlu dan harus kita jalani adalah ”pacaran sehat”.

Di dalam proses pacaran kita tidak hanya dituntut untuk mengenali emosi diri sendiri, tetapi juga emosi orang lain. Dan yang tak kalah penting adalah bagaimana mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan baik. Jadi tak bijaksana bila melakukan kekerasan nonfisik, marah-marah, apalagi mengumpat-umpat orang lain termasuk pacar kita. Tapi bukan dalam arti diam saat timbul masalah, selesaikanlah dengan bijak, bicarakan secara terbuka. Tanpa keterbukaan akan menimbulkan konflik dalam diri masing-masing yang bahkan bisa mengarah terhadap rutinitas harian dan prestasi belajar ataupun bekerja.

Pacaran itu tak mengikat

Artinya, hubungan sosial dengan yang lain harus tetap terjaga. Kalau pagi, siang dan malam selalu bareng bersama pacar, bisa bahaya lho!! Bisa-bisa nggak punya teman. Dan bukan tak mungkin, kita akan merasa asing di lingkungan sendiri. Enggak mau seperti itu kan??Tapi bukan dalam arti hubungan ”bebas” yang sebebas-bebasnya… Tentunya kita harus menghormati apa yang menjadi pegangan serta tujuan dalam berpacaran. Jika status telah mengarah pada ikatan lebih ”serius” (dalam arti penikahan) maka kita harus lebih bijak dalam menjaga kepercayaan untuk mencegah terlukainya perasaan pasangan masing-masing. Membangun kepercayaan merupakan hal yang penting dalam keharmonisan suatu hubungan.

Seks saat Pacaran??? Jangan dulu deh..

Secara biologis, masa remaja merupakan masa perkembangan dari kematangan seksual. Tanpa disadari, pacaran mempengaruhi kehidupan seksual seseorang. Kedekatan secara fisik bisa memicu keinginan untuk melakukan kontak fisik yang merupakan insting dasar setiap organisme. Apabila diteruskan dapat menjadi tak terkontrol alias kebablasan. Jadi, dalam berpacaran kita harus saling menjaga untuk tak melakukan hal-hal yang berisiko terhadap perkembangan fisik dan mental remaja, salah satunya adalah perilaku seksual. Oleh karena itu, pengendalian diri dalam berpacaran tentunya sangat diperlukan.

Apa saja yang mempengaruhi perilaku seksual remaja??

  1. Faktor internal
    Bagaimana kita mengekspresikan perasaan, keinginan dan pendapat tentang berbagai macam masalah. Bagaimana menentukan pilihan ataupun mengambil keputusan bukan hal yang mudah. Dalam memutuskan sesuatu, kita harus punya dasar, pertimbangan dan prinsip yang matang
  2. Faktor Eksternal
    Perilaku seks diantara kita juga dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar. Contohnya :
  • Kemampuan orang terdekat utamanya orang tua dalam mendidik tentunya akan mempengaruhi pemahaman kita mengenai suatu hal, terutama masalah seksual.
  • Agama mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk. Pemahaman terhadap apa yang diajarkan agama akan mempengaruhi perilaku kita
  • Remaja cenderung banyak menghabiskan waktu bersama teman sebayanya sehingga tingkah laku dan nilai-nilai yang kita pegang banyak dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan kita
  • Teknologi informasi yang makin berkembang memudahkan kita mengakses informasi setiap saat. Tetapi, kemajuan teknologi informasi tak selalu membawa pengaruh yang positif. It’s depend on you guys!!!

Pengaruh buruk pacaran tak sehat apa aja sih??

  • Cedera fisik (memar, luka-luka, dll)
  • Kondisi tubuh lemah; mudah sakit
  • Perasaan tertekan; curiga yang berlebihan; bingung
  • Kehilangan teman; merasa asing dilingkungan sendiri
  • Terkena penyakit menular seksual (PMS)
  • Kehamilan tidak diinginkan (KTD); aborsi; pernikahan dini
  • HIV/AIDS
  • Stress yang parah; gila; keinginan bunuh diri
  • Meninggal dunia

TIPS pacaran sehat

Jika tak ingin pacaran tak sehat terjadi pada dirimu maka beberapa hal yang perlu kalian resapi dan pertimbangkan diantaranya:

  • Kasih sayang, setia
  • Jangan melakukan tindakan kekerasan
  • Luangkan waktu untuk bergaul dengan teman-teman
  • Jangan sakiti perasaan pasangan; jangan cemburu yang berlebih
  • Jangan menghabiskan waktu seharian berdua saja apalagi di tempat-tempat sepi
  • Lakukan kegiatan-kegiatan positif bersama seperti belajar, berolahraga, dan sembahyang bersama
  • Hindari buku-buku, majalah, gambar-gambar, video yang isinya seputar seks. Karena sekali dan sekilas saja kita melihat gambar, video atau cerita seks tersebut bakal ‘terekam tak pernah mati’ di pikiran dan akan timbul keinginan untuk mengulangi ataupun mempraktekkannya
  • Pengendalian diri untuk tidak berbuat diluar batas ketika sedang kontak fisik dengan pasangan
  • Jangan pernah mengatasnamakan hubungan seks sebagai bukti cinta kalian (cinta tak sama dengan seks).

Untuk menjaga hubungan pacaran kalian menjadi tetap awet dan aman kita harus punya prinsip. Artinya, segala sesuatu yang akan kita lakukan ada dasar dan jelas tujuannya. Dalam pacaran, bukan tak mungkin kita menemukan perbedaan prinsip, beda batasan tentang apa yang boleh dan tak boleh dilakukan. Hal tersebut wajar saja, asalkan bisa tetap saling menghargai. Tiap orang punya hak untuk bicara terbuka termasuk mengungkapkan prinsip masing-masing. Sikap saling pengertian sangat diperlukan dalm proses ini. Mengungkapkan prinsip yang kita pegang akan berpengaruh pada penerimaan orang lain. Maksud dan keinginan kita akan sulit diterima dan dimengerti orang lain kalau kita tak bisa mengkomunikasikannya dengan baik.

sumber : http://www.sttbali.com/berita/muda-mudi/201.html

Pedoman Palang Merah Remaja SMA NEGERI 1 GUBUG

Diposting oleh PMR SMA NEGERI 1 GUBUG | | Posted On Senin, 22 Agustus 2011 at 09.03


BAB   I
PENDAHULUAN
 
A.      LATAR BELAKANG
            
Palang Merah Indonesia berkomitmen untuk menyebarluaskan dan mendorong aplikasi secara konsisten Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, melaksanakan kesiapsiagaan di dalam penanggulangan bencana yang berbasis masyarakat, memberikan bantuan dalam bidang kesehatan yang berbasis masyarakat, berperan aktif dalam penanggulangan bahaya HIV/AIDS dan penyalagunaan NAPZA, serta menggerakkan generasi muda dan masyarakat dalam tugas-tugas kemanusiaan. Amanat ini menjadi tugas anggota remaja PMI, yang tercakup dalam Tri Bhakti PMR :

1.  Berbakti pada masyarakat
2.  Mempertinggi keterampilan serta memelihara kebersihan dan kesehatan
3.  Mempererat persahabatan nasional dan Internasional
                
Untuk  dapat melaksanakan Tri Bhakti PMR yang berkualitas, maka diperlakukan anggota remaja PMI yang berkarakter kepalangmerahan yaitu mengetahui, memahami, dan berperilaku sesuai prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Selain itu mereka juga berperan sebagai "peer educator" atau pelatih sebaya, yaitu yang dapat berbagi pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada teman sebayanya, sehingga terjadi peningkatan keterampilan hidup atau "life skill" untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku positif pada remaja. Hal ini telah tercermin dalam kebijakan PMI dan Federasi bahwa  :
1.    Remaja merupakan prioritas pembinaan, baik dalam keanggotaan maupun kegiatan 
       Kepalangmerahan.
2.    PMR berperan penting dalam pengembangan kegiatan Kepalangmerahan.
3.    PMR calon pemimpin Palang Merah masa depan
 
4.    PMR adalah kader relawan
 
                               
Oleh karenanya anggota remaja PMI, yang terhimpun dalam PMR, perlu dibina. Dalam pembinaan PMR, tentu saja diperlukan persamaan persepsi dan komitmen oleh semua unsur yaitu pengurus, pegawai, pembina PMR, pelatih PMI, serta pihak terkait dalam pembinaan remaja atau anggota PMR. Untuk itu diperlukan suatu Pedoman Pembinaan PMR, yang menggambarkan proses pembinaan anggota PMR dan semua unsur yang terlibat didalamnya, serta peran dan tanggung jawab masing-masing pihak.
 
 
B.      TUJUAN
                       
         Buku ini bertujuan sebagai pedoman pengurus PMR disemua tingkatan yang menangani segala bentuk kegiatan yang terkait dengan PMR serta instansi terkait, untuk melaksanakan pembinaan PMR.

C.      DASAR
                       
 1.   AD/ART PMI hasil Munas PMI XVIII tahun 2005
 2.   Kebijakan IFRC tentang Remaja
 3.   Kebijakan PMI tentang PMR
 4.   Undang-undang Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
 
       Nasional
 5.   Perjanjian kerja sama PMI dengan Diknas RI tanggal 24 Mei 1995
 
       No.118/U/95 dan No.0090-KEP/PP/V/95 tentang pembinaan dan pengembangan
 
       kepalangmerahan di sekolah
 6.   Perjanjian kerja sama PMI dengan Depag RI tanggal 26 September 1995
 
       No.459 tahun 1995 dan No. 0185-KEP/PP/IX/95 tentang pembinaan dan
 
       pengembangan Kepalangmerahan di Madrasah.
 
               
D.     PENGERTIAN
                       
1.        Pedoman PMR
           
 
            Adalah bagi pengurus PMR dalam pembinaan PMR mencakup : perekrutan, pelatihan, pengembangan individu, pengembangan organisasi, Tri Bakti PMR, pelaporan, monitoring, dan evaluasi.
                   
2.        PMR

       a.   Anggota PMI terdiri dari anggota remaja, biasa, luar biasa, dan kehormatan
 
             (AD Bab VI, Pasal 11)
       b.  Yang dapat diterima sebagai anggota remaja adalah mereka yang berusia 10-17
 
             tahun atau mereka yang seusia sekolah lanjutan tingkat atas dan belum menikah
 
             (ART bab VI, Pasal 11, Ayat (1) )
       c.   Hak dan kewajiban anggota remaja dilaksanakan melalui wadah Palang Merah
 
             Remaja, disingkat PMR (ART Bab VI, Pasal 13, ayat (1) )
       d.   Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan Palang Merah Remaja ditetapkan oleh
 
             Pengurus Pusat (ART bbab VI, Pasal 13, Ayat (2) )
       e.   Anggota remaja mendaftarkan diri kepada unit Palang Merah Remaja di wilayah
 
             domisili yang bersangkutan (ART bab VI, Pasal 15)
       f.    PMR adalah wadah pembinaan anggota remaja PMI
       g.   PMR berada di sekolah atau luar sekolah, dan disebut kelompok PMR. Tiap
             kelompok PMR terdiri dari minimal 10 orang.
       h.   Tingkatan dalam PMR: Mula, Madya. Wira
       i.    Kelompok PMR terdiri dari :
             1)  Kelompok PMR berbasis sekolah, disebut kelompok PMR sekolah.
             2)  Kelompok PMR berbasis masyarakat, disebut kelompok PMR luar sekolah.
       j.    Penjenjangan anggota PMR terdiri dari :
             1)   Anggota Remaja PMI berusia 10-12 tahun/setingkat SD/MI/Sederajat dapat
 
                   bergabung sebagai anggota PMR Mula
             2)   Anggota Remaja PMI berusia 12-17 tahun/setingkat SMP/MTS/sederajat
 
                   dapat bergabung sebagai anggota PMR Madya
             3)   Anggota Remaja PMI berusia 15-17 tahun/setingkat SMU/SMK/MA/sederajat
                   dapat bergabung sebagai anggota PMR wira
3.        Penanggung jawab PMR

       a.   Penanggung jawab Kelompok PMR sekolah adalah Kepala Sekolah, yang
 
             mengatur, memonitoring, dan mengevaluasi tugas Pembina PMR, dan Pelatih PMI
 
             di kelompok PMR tersebut
       b.   Penanggung jawab kelompok PMR Luar Sekolah adalah seseorang yang ditunjuk
             oleh PMI Cabang/Ranting, yang mengatur, memonitor, dan mengevaluasi tugas
 
             Pembina PMR, dan Pelatih PMI di kelompok PMR tersebut
       c.   Penanggung Jawab PMR, secara fungsional adalah anggota Tenaga Sukarela
 
             (TSR) PMI Cabang
                                               
4.        Pembina PMR

       a.   Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, atau guru yang ditunjuk oleh sekolah untuk
             melakukan pembinaan kelompok dan anggota PMR di sekolah yang bersangkutan
       b.   Seseorang yang ditunjuk oleh PMI Cabang / Ranting untuk melakukan pembinaan
 
             kelompok dan anggota PMR luar sekolah
 
       c.   Pembinaan PMR secara fungsional adalah anggota Tenaga Sukarela PMI Cabang

5.        Pelatih PMI 
Pelatih adalah individu (Pengurus/staff/relawan) yang memenuhi kualifikasi pelatih sesuai dengan Pedoman Pelatih PMI. Lihat pedoman pelatih dan pelatihan
                                               
6.        Instansi terkait
Pihak-pihak baik pemerintah, swasta, ataupun organisasi non pemerintah yang secara aktif mendukung pembinaan dan pengembangan PMR, a.I. departemen sosial, komite sekolah, UNICEF, UNFPA
                 
 
7.        Pembinaan PMR
       a.   Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan PMR, mencakup: perekrutan,
 
             pelatihan, pengembangan individu, pengembangan organisasi, Tri Bhakti PMR,
 
             pelaporan, monitoring, dan evaluasi
       b.   Pembinaan PMR diarahkan pada pengembangan karakter kepalangmerahan
       c.   Pengembangan karakter kepalangmerahan yaitu mengarahkan anggota PMR agar
 
             mengetahui, memahami, dan berperilaku sesuai prinsip dasar gerakan Palang Merah
             dan Bulan Sabit Merah.
       d.   Pembinaan berbasis pengembangan karakter dilaksanakan dengan pendekatan
 
             Keterampilan Hidup, yaitu proses pembinaan interaktif yang bertujuan untuk
 
             memaksimalkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap (PKS) anggota PMR
 
             sehingga terjadi perubahan positif. Kemudian anggota PMR juga dapat berperan
 
             sebagai "peer educator" atau pelatih sebaya, yaitu yang dapat berbagi PKS
 
             kepada teman sebaya sehingga mendorong terjadinya perubahan perilaku positif
 
             pada remaja. Dengan demikian anggota PMR tidak hanya sebagai obyek, tetapi
 
             juga subyek yang terlibat aktif dalam siklus pembinaan PMR.
                               
8.        Orientasi

       a.    Orientasi kepalangmerahan adalah proses pengenalan Gerakan Palang Merah/Bulan
              Sabit Merah dan PMI
       b.    Orientasi kepalangmerahan diperuntukan bagi setiap anggota PMI, termasuk
 
              anggota PMR dan Pembinaan PMR
BAB  II
KEANGGOTAAN PMR
                                   
A.      PENGERTIAN
                                     
Anggota PMR adalah anggota remaja berusia 10 - 17 tahun dan atau belum menikah, yang mendaftarkan diri dan terdaftar dalam kelompok.
B.      SYARAT MENJADI ANGGOTA PMR
                                   
1.    Warga Negara Indonesia atau Warga Negara Asing yang sedang berdomisili di wilayah 
       Indonesia.
2.    Berusia 10 tahun sampai dengan 17 tahun dan atau belum menikah atau seusia siswa SD/MI
       s/d SMU/MA atau yang sederajat
3.    Mendapatkan persetujuan orang tua/wali
4.    Bersedia mengikuti orientasi, pelatihan, dan pelaksanaan kegiatan kepalangmerahan
5.    Mengisi formulir pendaftaran dan mengembalikannya kepada Pembina PMR dikelompok 
       PMR masing-masing, untuk selanjutnya disampaikan kepada Pengurus Cabang Palang 
       Merah Indonesia setempat.
                                   
C       PENGESAHAN ANGGOTA 
Lihat Pelatihan Anggota PMR, pada bab berikutnya
                                   
D      ANGGOTA PMR
                          
1.    PMR Mula       : 10 - 12 tahun/ setingkat SD/MI/sederajat
2.    PMR Madya   : 12 - 15 tahun/setingkat SMP/MTS/sederajat
3.    PMR Wira       : 15 - 17 tahun/setingkat SMA/SMK/MA/sederajat
                                   
E.      HAK DAN KEWAJIBAN
1.        Hak dan Kewajiban Anggota PMR
            a.     Hak Anggota PMR
                    1)  Mendapatkan pembinaan dan pengembangan oleh PMI
                    2)  Menyampaikan pendapat dalam forum/ pertemuan resmi PMI
                    3)  Berpartisipasi aktif dalam kegiatan PMR
                    4)  Mendapatkan Kartu Tanda Anggota (KTA)
            b.    Kewajiban Anggota PMR
                            1.    Menjalankan dan membantu menyebarluaskan prinsip-prinsip dasar 
                                   gerakan Palang Merah dan kegiatan PMI
                            2.    Mematuhi AD/ART
                            3.    Melaksanakan Tri Bhakti PMR
                            4.    Menjaga nama baik PMI
                            5.    Membayar uang iuran keanggotaan
  
2.        Hak dan Kewajiban Pembina PMR
            a.     Hak Pembina PMR
                            1.    Mendapatkan pembinaan dan pengembangan kapasitas oleh PMI Cabang
                            2.    Mengikuti musyawarah cabang dalam mengambil keputusan, dengan 
                                   mekanisme : mengirimkan seorang Pembina PMR yang diputuskan 
                                   melalui rapat forum komunikasi Pembina PMR
                            3.    Mendapatkan pengakuan dan penghargaan atas partisipasi dan prestasi
                            4.    Mendapatkan atribut sesuai dengan ketentuan PMI
                  
            b.    Kewajiban Pembina PMR 
                            1.    Mematuhi AD/ART PMI
                            2.    Mematuhi ketentuan dalam TSR PMI
                            3.    Mengikuti orientasi kepalangmerahan dan pelatihan, minimal ditingkat 
                                   PMI Cabang
                            4.    Menjaga nama baik PMI
                            5.    Melaksanakan sosialisasi kepalangmerahan
                            6.    Berperan aktif dalam pembinaan dan pengembangan PMR
                                   
F.      PERPINDAHAN ANGGOTA PMR
            
Berhubung karena sesuatu hal, seorang anggota PMR pindah ketempat lain. Bagi mereka yang pindah maka diharapkan:
1.    Membawa surat rekomendasi dari Pengurus PMI Cabang tempat semula mereka bergabung
2.    Melaporkan/mendaftarkan kembali melalui kelompok PMR ditempat tinggalnya yang baru
                                   
G.      BERAKHIRNYA KEANGGOTAAN
                                   
1.        Keanggotaan PMR dinyatakan berakhirnya juka yang bersangkutan : 
            a.   Berakhir masa keanggotaan
            b.   Mohon berhenti
            c.    Diberhentikan
            d.   Meningggal dunia
                               
2.        Anggota PMR dapat diberhentikan oleh Pengurus PMI Cabang, apabila yang 
           bersangkutan mencemarkan nama baik PMI dan atau dijatuhi hukuman pidana yang telah 
           berkekuatan hukum tetap.
                               
3.        Mekanisme penghentian anggota PMR ditetapkan oleh kelompok PMR yang 
           bersangkutan, yang dikoordinasikan dengan PMI Cabang.
BAB III
ORGANISASI PMR
 
A.      Organisasi PMR di Sekolah
          
a.      Pembinaan PMR dilaksanakan oleh TP PMI
b.      Di Lingkungan PMI Pusat/Daerah/Cabang, Pembinaan PMR dilaksanakan oleh Bidang 
         SDM/PMR/Diklat
c.      PMR di sekolah disebut Kelompok PMR yang beranggotakan minimal 10 orang
d.     Kegiatan PMR disekolah merupakan bagian dari kegiatan ekstra kulikuler dibawah 
         pembinaan wakil kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
e.      Struktur Organisasi PMR Di Sekolah
         Kelompok PMR disekolah secara struktural mempunyai struktur sendiri sebagai 
         kelompok PMR, dan dalam kegiatannya secara fungsional termasuk seksi Kesegaran 
         Jasmani dan Daya Kreasi OSIS
f.       Susunan Pengurus PMR di sekolah :
         1)   Pelindung adalah TP PMI Kota/ Kabupaten
         2)   Penanggung jawab adalah Kepala Sekolah
         3)   Pembina PMR 
         4)   Pelatih PMI 
         5)   Pengurus harian PMR terdiri dari siswa-siswi yang telah menjadi anggota PMR 
               dengan masa bakti minimal 1 tahun, terdiri dari :
               a)   Seorang Ketua
               b)   Seorang wakil ketua
               c)   Seorang sekretaris
               d)   Seorang bendahara 
               e)   Unit-unit :
                     (1)   Bakti Masyarakat 
                     (2)   Keterampilan, kebersihan, dan kesehatan
                     (3)   Persahabatan 
                     (4)   Umum
                        
B.      Organisasi PMR di Luar Sekolah
1.        Nama kelompok PMR disesuaikan dengan nama desa/ kecamatan/ instansi tempat 
           kelompok PMR tersebut dibentuk, atau sebutan lain yang dapat meningkatkan
 
           pembinaan PMR
2.        Anggotanya terdiri dari anggota remaja PMI yang berbasis masyarakat
 
3.        Penanggung jawab adalah Kepala Desa/ Kecamatan/ Instansi/ Organisasi
 
4.        Struktur organisasi PMR luar sekolah, terlampir
 
                                                
 

C. PERAN MASING-MASING PIHAK
1.        PMI Pusat yang membidangi pembinaan dan pengembangan PMR

a.     Mengeluarkan kebijakan tentang pembinaan PMR (perekrutan, pelatihan,
 
        pengembangan individu, pengembangan organisasi , Tri Bhakti PMR, pelaporan,
 
        monitoring, dan evaluasi)
b.     Mengeluarkan buku panduan pembinaan, kurikulum standart pelatihan anggota dan
 
        Pembina PMR, dan modul
c.     Memfasilitasi PMI Daerah melaksanakan kebijakan, buku panduan, kurikulum,
 
        dan modul
d.     Memfasilitasi/menyelenggarakan pelatihan, pengembangan kegiatan, dan pengembangan
 
        kapasitas individu untuk tingkat nasional maupun internasional
e.     Menyelenggarakan kegiatan nasional, misal Jumbara Nasional
f.      Melakukan monitoring dan evaluasi pada setiap tahap pembinaan PMR
g.     Berkoordinasi dengan pihak terkait ditingkat Pusat ( TP PMI, Diknas, Depkes, Depag,
 
        Organisasi Non Pemerintah ) untuk pengembangan pembinaan PMR
h.     Menyediakan informasi terkait dengan pengembangan pembinaan PMR,
 
        dan meneruskan informasi tersebut kepada PMI Daerah
                                                               
2.       
 PMI Daerah yang membidangi pembinaan dan pengembangan PMR

a.     Menerapkan kebijakan tentang pembinaan PMR
b.     Memfasilitasi PMI Cabang dalam melaksanakan kebiajakan, buku panduan, kurikulum,
        dan modul
c.     Memfasilitasi/menyelenggarakan pelatihan, pengembangan kegiatan, dan pengembangan
 
        kapasitas untuk tingkat daerah
d.     Menyelenggarakan kegiatan tingkat PMI Daerah, misal : Jumbara Daerah
e.     Melakukan monitoring dan evaluasi pada setiap tahap pembinaan PMR
f.      Berkoordinasi dengan pihak terkait ditingkat Propinsi (Tp PMI, Diknas, Depkes,
 
        Depag, Organisasi Non Pemerintah) untuk pengembangan pembinaan PMR
g.     Menyediakan informasi terkait dengan pengembangan pembinaan PMR,
 
        dan meneruskan informasi tersebut kepada PMI Cabang
h.     Memfasilitasi PMI Cabang dalam menerapkan informasi tentang pembinaan PMR
                                                               
3.       
 PMI Cabang yang membidangi pembinaan dan pengembangan PMR

a.     Menerapkan kebijakan tentang pembinaan PMR
b.     Memfasilitasi kelompok PMI melaksanakan kebijakan, buku panduan, kurikulum,
 
        dan modul
c.     Memfasilitasi pelatihan, pengembangan kegiatan, dan pengembangan kapasitas untuk
 
        tingkat cabang dan kelompok PMR
d.     Menyelenggarakan kegiatan tingkat PMI Daerah, misal : Orientasi Pembina PMR,
 
        pelatihan gabungan anggota PMR, Jumbara Cabang
e.     Menugaskan pelatih PMI untuk melatih kelompok PMR
f.      Melibatkan Pembina PMR dalam proses pengambilan keputusan, khususnya terkait
 
        pembinaan PMR, baik dalam forum rapat, musyawarah kerja tahunan, maupun
 
        musyawarah tahunan
g.     Melakukan monitoring dan evaluasi pada setiap tahap pembinaan PMR
h.     Berkoordinasi dengan pihak terkait ditingkat Kota/Kabupaten (TP PMI, Diknas, Depag,
 
        Depag, organisasi non pemerintah) untuk pengembangan pembinaan PMR
i.      Menyediakan informasi terkait pengembangan pembinaan PMR serta meneruskan
 
        informasi tersebut kepada kelompok PMR
j.      Memfasilitasi Kelompok PMR dalam menerapkan informasi tentang pembinaan PMR
                                                               
4.       
 Penanggung jawab PMR

a.     Bertanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan PMR
b.     Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan dikelompok PMR
c.     Bersama dengan PMI Cabang mengatur, memonitor, dan mengevaluasi tugas Pembina
 
        PMR, dan Pelatih PMI di kelompok PMR tersebut
d.     Melakukan monitoring dan evaluasi pada setiap tahap pembinaan PMR
e.     Berkoordinasi dengan pihak terkait ditingkat Kota/ Kabupaten/ Kecamatan
                                                               
5.       
 Pembina PMR

a.     Melaksanakan pembinaan PMR dikelompok PMR masing-masing
b.     Mengembangkan kegitan kepalangmerahan, antara lain melakukan sosialisasi dan
 
        advokasi ke sekolah/ lembaga, memfasilitasi pembentukan kelompok PMR baru,
 
        meningkatkan jaringan komunikasi dan koordinasi antar Pembina PMR baik sekolah
 
        atau lembaga
c.     Membantu PMI Cabang memfasilitasi pembentukan kelompok PMR baru
d.     Memfasilitasi komunikasi dan koordinasi antara kelompok PMR dan PMI Cabang
e.     Memberikan masukan kepada PMI dan Pelatih PMI terkait pelaksanaan standarisasi
 
        pelatihan PMR, kualitas pelatih, perkembangan metode dan media pelatihan
f.      Melakukan monitoring dan evaluasi pada setiap tahap pembinaan PMR
               
6.       
 Instansi terkait

a.     Mendukung upaya pembinaan PMR, sesuai 7 Prinsip Palang Merah dan Bulan Sabit
 
        Merah Internasional
b.     Memfasilitasi penyediaan kebutuhan kegiatan operasional PMR
           
D.     SUMBER DANA

PMI Daerah, PMI Cabang, Sekolah/ lembaga kelompok PMR, dan instansi lain yang tidak mengikat Sumber dana pembinaan dan pengembangan PMR dapat berasal dari PMI Pusat.
BAB IV
PEMBINAAN PMR

             
A.    PEREKRUTAN


1.        Tujuan
            Meningkatkan kuantitas kelompok dan anggota PMR secara berkesinambungan
2.        Sasaran Perekrutan
            PMR Mula         :  10 - 12 tahun/ setingkat SD/ MI/ sederajat
            PMR Madya      :  12 - 15 tahun/ setingkat SMP/ MTS/ sederajat
            PMR Wira         :  15 - 17 tahun/ setingkat SMA/ SMK/ MA/ sederajat
3.        Pelaksanaan Perekrutan 
         Kegiatan perekrutan di laksanakan oleh kelompok PMR (sekolah maupun di luar sekolah) dan PMI Cabang, yang selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Pendidikan/ Departemen Agama Kota/ Kabupaten dan PMI Cabang
4.        Pembentukan Kelompok dan Perekrutan Anggota PMR


Pembentukan Kelompok dan Perekrutan Anggota PMR
 

a.     Pembentukan Kelompok PMR
       1)  PMI Cabang melakukan sosialisai dan publikasi kepada Dinas Pendidikan, Departemen
            Agama, Sekolah/kelompok luar sekolah untuk membentuk kelompok PMR.
       2)  Pihak sekolah mengajukan surat permohonan pembentukan kelompok PMR disekolah
       3)  Penanggung jawab kelompok mengajukan surat permohonan pembentukan kelompok
 
            PMR diluar sekolah
       4)  PMI Cabang mengesahkan kelompok PMR setelah seluruh persyaratan pembentukan
 
            PMR terpenuhi:
            a)  Mempunyai jumlah calon anggota minimal 10 orang
            b)  Mengisi formulir pendaftaran pembentukan kelompok PMR
       5)  PMI Cabang memberikan nomor induk kelompok PMR berdasarkan nomor kode
 
            daerah dan cabang, yang ditetapkan oleh PMI Pusat: Nomor kode daerah, nomor kode
 
             cabang, jenjang Mula/Madya/Wira, dan nomor urut pendaftaran
 
       6)  PMI Cabang, Dinas Pendidikan, dan Departemen Agama secara aktif melakukan
 
            pembinaan dan pengembangan PMR disekolah maupun luar sekolah


b.    Sosialisasi dan Publikasi kegiatan PMR
       
Tujuan kegiatan Sosialisasi dan Publikasi
       1)   Memperkenalkan kegiatan PMR sebagai wadah pembinaan kepalangmerahan bagi 
              generasi muda
 
       2)   Menyosialisasikan peranan PMR dalam mendukung kegiatan kepalangmerahan
       3)   Menarik minat generasi muda untuk bergabung dalam kegiatan PMR
       4)   Memotifasi anggota PMR untuk tetap bergabung dalam kegiatan kepalangmerahan
 

       
Waktu Pelaksanaan kegiatan Sosialisasi dan Publikasi
       Kegiatan Sosialisasi dan Publikasi dilaksanakan minimal 1 tahun sekali sebelum
 
       dilaksanakan perekrutan.

       
Media dan Metode Sosialisasi dan Publikasi
           
 Media :
            a)  Majalah Dinding
            b)  Foto/Dokumentasi kegiatan PMR
            c)  Leaflet
            d)  Poster
            e)  Buletin
            f)  Merchandise

           
 Metode :
            a)  Presentasi, audisi
            b)  Demonstrasi/Peragaan kegiatan PMR
            c)  Pemasangan Promosi Majalah dinding
            d)  Pameran foto kegiatan PMR
            e)  Pembagian Merchandise
            f)  Penyebaran Leaflet
            g)  Pemasangan poster
       Sasaran :
            a)  Siswa
            b)  Orang Tua Murid
            c)  Sekolah/luar sekolah (panti asuhan, Kejar paket) dan management
 
            d)  Masyarakat
            e)  Instansi terkait

      
 Strategi :
           a)   Media persentasi dan dialog melalui forum pertemuan siswa baru / orang tua siswa
           b)   Memanfaatkan masa penerimaan siswa baru sebagai tempat memperkenalkan dan
 
                 mempromosikan kegiatan PMR dan kepalangmerahan
 
                                                               
5.       
 Pendaftaran Anggota PMR

a.     PMI Cabang bekerjasama dengan Pihak sekolah atau pimpinan luar sekolah dan anggota
 
        PMR melakukan penyebaran formulir pendaftaran kepada remaja, tanpa membedakan ras,
        jenis kelamin, agama
b.     Calon Anggota PMR melakukan pengisian dan pengumpulan kembali formulir pendaftaran
 
        dan syarat-syarat pendaftaran lainnya
c.     Syarat pendaftaran calon anggota baru PMR
        1)  Memenuhi syarat keanggotaan
        2)  Mengisi formulir pendaftaran calon anggota PMR
        3)  Mengumpulkan Foto 3 x 4  dan  2 x 3 masing-masing 2 lembar, untuk formulir
 
             pendaftaran, Buku Induk Kelompok PMR, Buku system data based PMI Cabang,
 
             Piagam Orientasi, dan KTA
        4)  Bersedia dan mengikuti Orientasi
d.    Calon anggota PMR mengikuti orientasi kepalangmerahan
                                                                   
6.       
 Orientasi kepalangmerahan

a.     Metode orientasi ditetapkan dalam Kurikulum Standart Pelatihan untuk anggota dan
 
        pembina PMR
b.     Orientasi adalah PMI Cabang dengan menugaskan Pelatih Bidang Kepalangmerahan
 
        sebagai fasilator
c.     Waktu pelaksanaan
 
        1)  Kelompok PMR mendaftarkan calon anggotanya kepada PMI Cabang
        2)  PMI Cabang melaksanakan orientasi sesuai dengan permintaan kelompok PMR
d.     Kurikulum, media, dan metode
        Sesuai dengan Standart Pelatihan untuk anggota dan Pembina PMR
                                                               
7.       
 Pelantikan Anggota dan Penetapan Nomor anggota

a.    
 Syarat Pelantikan 
        Seorang calon anggota PMR dinyatakan berhak untuk mengikuti pelantikan dan dinyatakan
        secara resmi sebagai anggota PMR setelah mengikuti orientasi sesuai dengan kurikulum
 
        standart Pelatihan untuk anggota dan Pembina PMR.
 b.   
 Pelaksana Pelantikan 
        Pelantikan anggota baru PMR dilaksnakan oleh PMI Cabang bekerjasama dengan pihak
 
        Sekolah/Luar sekolah
c.    
 Penetapan Nomor Anggota
       1)   Nomor anggota diberikan oleh PMI Cabang
       2)   Penomoran anggota: Nomor kode daerah, nomor kode cabang, jenjang
 
             Mula/Madya/Wira, dan nomor urut pendaftaran anggota PMR
                                                               
8.       
 Pendataan

a.     PMI Cabang melakukan pendaftaran anggota baru dalam sebuah system data base PMR
b.     System data base anggota PMR sama dengan penomoran anggota
 
                                               
B.     PELATIHAN 
                                               
1.       
 Tujuan 
           Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap anggota PMR sehingga dapat
 
           melaksanakan kegiatan sesuai Tri Bakti PMR
                               
2.       
 Sasaran
            a.  Anggota PMR
            b.  Pembina PMR
            c.  Pelatih PMI
                                                               
3.       
 Jenis Pelatihan 

            a.  Untuk Anggota PMR
                 1) 
 Orientasi Kepalangmerahan 
                      Orientasi untuk calon anggota PMR, Orientasi ini dilaksanakan oleh Cabang dan
 
                      diikuti oleh calon anggota sebagai syarat wajib seorang calon anggota PMR
                      sebelum dilantik secara resmi sebagai seorang anggota PMR. Materi Orientasi
 
                      dititikberatkan pada materi kepalangmerahan dan pengenalan kegaiatan PMR.
                  2)  
Pelatihan Rutin
                        a)  Pelatihan yang dilaksanakan secara rutin oleh kelompok PMR, minimal
 
                             1 x dalam 1 minggu, sesuai dengan program
 
                        b)  Diikuti oleh anggota PMR setelah dilantik menjadi anggota PMR
                        c)  Dilaksanakan dengan mengacu pada kurikulum yang ditetapkan PMI Pusat.
 
                        d)  Metode dan media pelatihan sesuai dengan Standart Pelatihan PMI
                        e)  Pelatih adalah Pelatih PMI yang ditugaskan oleh PMI Cabang, sesuai dengan
                             kompetensinya
                                               
            b.  Untuk Pembinaan PMR
                 1)   Orientasi Pembina PMR berdasarkan kurikulum yang ditetapkan PMI Pusat
                 2)   Calon Pembina PMR wajib mengikuti orientasi sebelum menjadi Pembina PMR
                 3)   Orientasi Pembina PMR dilaksanakan oleh PMI Cabang
                                                               
            c.  Untuk Pelatih PMI
                 1)   Pelatihan untuk Pelatih PMI terdiri dari Pelatihan Teknis Kepalangmerahan
 
                       dan Pelatihan sesuai standart yang ditetapkan PMI pusat
                 2)   Pelatih yang mengikuti pelatihan dan dinyatakan lulus berhak menjadi pelatih

C.     TRI BHAKTI PMR
           
1.       
 Tri Bhakti PMR terdiri dari :
            a.  Berbakti pada masyarakat
            b.  Mempertinggi keterampilan serta memelihara kebersihan dan kesehatan
            c.  Mempererat persahabatan nasional dan internasional
                               
2.       
 Jenis kegiatan dalam Tri Bakti PMR Wira :
           
 Berbakti pada masyarakat             
            1)   Dapat menyanyikan lagu Mars PMI dan Bakti Remaja         
 
            2)   Dapat membuat bagan struktur organisasi PMR     
 
            3)   Tahu alamat PMI Cabang, PMI Daerah serta Markas Pusat PMI       
 
            4)   Tahu susunan pengurus PMI Cabang dan PMI Daerah serta PMI Pusat
            5)   Tahu kegiatan dan tanda pengenal PMR
            6)   Tahu tempat puskesmas, rumah sakit, bidan, dan dokter dilingkungannya               
 
            7)   Tahu cara menghubungi tenaga kesehatan dilingkungannya            
 
            8)   Menengok teman yang sakit             
 
            9)   Membantu orang tua menyelesaikan pekerjaan rumah       
 
            10) Tahu alamat rumah sendiri
            11) Tahu Cara menjaga kebersihan lingkungan
            12) Pernah ikut gotong royong membersihkan tempat ibadah, sekolah, rumah sakit,
 
                   puskesmas dan lingkungan tempat tinggalnya
            13) Pernah menyumbang tenaga/materi kepada korban bencana
            14) Melaksanakan kegiatan bakti masyarakat, misal sosialisasi pencegahan penyakit
 
                   atau bencana dilingkungan sekolah dan keluarga
            15) Melaksanakan lomba lingkungan sekolah sehat
 
            16) Melaksanakan kunjungan sosial
            17) Membantu tugas-tugas UTDC dalam kegiatan sosialisasi dan motivasi donor darah
 
                   siswa
            18) Menjadi donor darah siswa
            19) Membantu kegiatan  posyandu diwilayahnya
            20) Melaksanakan kegiatan bakti masyarakat, misal sosialisasi pencegahan penyakit
 
                   atau bencana dilingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat
              Mempertinggi keterampilan, memelihara kebersihan dan kesehatan       
            1)   Menjadi Pelatih Remaja Sebaya      
 
            2)   Dapat menjaga kebersihan, kesehatan diri dan keluarga, serta kerindangan
 
                   lingkungan
            3)   Mengenal obat-obatan ringan dan manfaatnya
            4)   Dapat melakukan pertolongan pertama kepada keluarga dan teman sebayanya
            5)   Dapat melakukan perawatan keluarga di rumah    
 
            6)   Mengikuti kegiatan kesehatan remaja          
 
            7)   Mempunyai kesiapsiagaan bencana untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat
            8)   Melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan di sekolah    
Mempererat persahabatan nasional dan internasional
   Menjalin persahabatan dengan anggota PMR dari PMI Cabang, atau organisasi remaja lain :
·  Saling berkunjung untuk latihan bersama
·  Saling berkirim surat atau album persahabatan
·  Berkirim hasil kerajinan daerah, informasi pariwisata
BAB V
ATRIBUT PMR

A.       SERAGAM
         Terdiri dari 2 macam seragam :
1.        Seragam Harian
            a)  Pakaian seragam sekolah, yang diberi kelengkapan atribut
            b)  Digunakan oleh anggota PMR Kelompok Sekolah
2.        Seragam Lapangan
           a)   Pakaian seragam lapangan berupa kaos berlambang PMI dan
 
                  bertuliskan "Palang Merah Remaja" di bagian punggung
           b)   Pakaian yang digunakan oleh anggota PMR kelompok Sekolah dan Luar
                  Sekolah
                                   
B.       LENCANA
1.        Bertujuan memberikan penghargaan dan pengakuan atas peran serta
           anggota PMR dalam kegiatan Tri Bakti PMR
2.        X diberikan kepada seorang anggota PMR yang telah melaksanakan Tri Bakti
 
           PMR minimal 1 tahun
3.        Dipakai pada dada sebelah kiri/diatas saku kiri baju pakaian seragam PMR
4.        Anggota PMR yang berhak menerima lencana diusulkan oleh kelompok PMR,
           dan ditetapkan oleh PMI Cabang.
 
                                   
C.        BADGE
1.        Dibuat dari kain dengan disablon atau dibordir. Warna dasar sesuai pada
 
           warna jenjang PMR: Mula berwarna hijau, Madya berwarna biru, Wira
 
           berwarna kuning
 
2.        Dipakai sebagai tanda pengenal PMR dilengan kiri pada pakaian seragam
 
           PMR. Dapat juga dikenakan pada jas untuk acara-acara tertentu
                                   
D.       TANDA LOKASI
           Dipakai sebagai tanda pengenal wilayah kota/kabupaten dan kelompok
 
           PMR yang bersangkutan, dijahit pada lengan kanan atas pakaian seragam
           PMR
 
                                   
E.        TANDA JENJANG 
1.        Disebut kalung leher (slayer), dibuat dari kain dengan warna dasar sesuai
           pada warna jejang PMR : Mula berwarna hijau, Madya berwarna biru,
 
           Wira berwarna kuning
2.        Dipakai sebagai tanda pengenal jenjang Mula, Madya, Wira. Dikalungkan
           dileher dan diikat dengan ring
           
F.        TOPI
1.        Dibuat dari kain katun berwarna biru untuk seluruh jenjang anggota PMR
2.        Dipakai sebagai tanda pengenal PMR dan juga sebagai tutup kepala pada
 
           saat berada diluar ruangan misal : upacara, latihan, dan kegiatan lainnya
             
G.       TANDA KECAKAPAN
1.        Tujuan memberikan penghargaan dan pengakuan atas kemampuan dan
 
           pengabdian anggota PMR dalam melaksanakan kegiatan kepalangmerahan.
2.        Bentuk :
           a)   
 h diberikan kepada anggota PMR yang telah mengikuti dan lulus 
                  pelatihan Pertolongan Pertama, Perawatan Keluarga, dan
 
                  Pengetahuan Dasar Bencana
           b)   
 i diberikan kepada anggota PMR yang telah mengikuti dan lulus 
                  pelatihan Kepemimpinan dan Kepalangmerahan
 
           c)   
 j diberikan kepada anggota PMR yang telah mengikuti dan lulus 
                  pelatihan Kesehatan Remaja
           d)  
 k diberikan kepada anggota PMR yang telah mengikuti dan lulus 
                  materi Usaha Kesehatan Transfusi Darah : Donor darah siswa
3.        Dipakai pada dada sebelah kiri/ diatas saku kiri baju pakaian seragam
 
           PMR
4.        Anggota PMR yang berhak menerima lencana diusulkan oleh kelompok
 
           PMR, dan ditetapkan oleh PMI Cabang
           
H.       SERTIFIKAT PENGHARGAAN
Kelompok PMR Sekolah dan Luar Sekolah yang telah melakukan pembinaan dan pengembangan kegiatan Tri Bakti PMR minimal 1 Tahun, diberi sertifikat penghargaan oleh PMI.
PENUTUP

         Buku ini merupakan pedoman bagi pengurus, pegawai PMI, pelatih PMI, dan Pembina PMR dalam mengembangkan pembinaan PMR disekolah maupun luar sekolah. Titik berat pembentukan PMR di sekolah dan luar sekolah adalah pembentukan karakter generasi muda dan kaderisasi dilingkungan PMI. Keberhasilan pembentukan dan pengembangan PMR disekolah dan luar sekolah mempunyai nilai strategis dalam pengembangan organisasi PMI dimasa yang akan datang.
            Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kita. Amin…..